KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. SAMUDERA PASAI
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam,
atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang
terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe
dan Aceh Utara, Provinsi Aceh. Sebagai buktinya ialah tulisan Kaligrafi pada batu nisan Sultan Malik As-Saleh Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan
Malik as-Saleh (setelah masuk agama islam), sekitar tahun 1267. Keberadaan
kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah
ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah.
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari
perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Beliau merupakan raja Samudra Pasai
yang paling terkenal, karena memperkenalkan koin emas sebagai mata uang, dan
menjadikan Pasai sebagai kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan
dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan
digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai
tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada
tahun 1521.
2. KERAJAAN GOA - TALO (KERAJAAN MAKASSAR)
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua
kerjaan: Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu dengan menyatakan
ikrar “Rua Karaeng Na Se’re Ata” atau “Dua Raja tetapi Satu Rakyat”.
Raja Gowa, Daeng Manrabia,
menjadi raja bergelar Sultan Alauddin
dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan
Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa
dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanudin (1653-1669). Dia lahir pada tanggal 12 Januari
1631 di Ujung Pandang (Makassar). Dia berhasil membawa Kerajaan Makassar
(Gowa-Tallo) mencapai puncak kejayaan, karena memiliki pelaut-pelaut yang
tangguh dan menjadikan Makassar sebagai pintu masuk jalur perdagangan Indonesia
Timur, serta menyusun Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e (sebuah
tata hukum niaga dan perniagaan). Sultan Hasanuddin memilih untuk melakukan
perlawanan daripada harus bekerja sama dengan Belanda. Oleh karena
kegigihannya dalam melawan Belanda, Sulatan Hasanuddin dijuluki sebagai “Ayam
Jantan Dari Timur”. Namun karena kelicikan Belanda
dengan politik Adu Dombanya (Devide et impera), Belanda kemudian
menyerang Makassar dengan bantuan raja Bone yaitu Aru Palaka, akhirnya Sultan
Hasanuddin dapat ditangkap Belanda dan dipaksa untuk menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi
perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda
boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan
Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone . Makassar pun akhirnya jatuh dan
dikuasai Belanda.
3. KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Islam yang
pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para
wali (Wali Songo) dan saudagar Islam. Nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia
adalah putera raja Majapahit raja Brawijaya V dan ibunya ialah putri Cina yang
bergama Islam pemberian dari kaisar Yan Lu, karena perbedaan keyakinan ketika
dalam keadaan mengandung putri tersebut diberikan kepada adipati palembang Arya
Damar, setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu
agama di bawa asuhan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan akhirnya kawin
dengan cucu beliau.
Raden patah mendalami
agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti Raden Paku (Sunan Giri) yang
kemudian menyebarkan agama islam di maluku,
Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan
Raden Kosim (Sunan Drajat).
Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama dengan Gelar Sultan
Syah Alam Akbar al-Fatah. dan diangkat menjadi bupati di Bintaro
(Demak) yang kemudian berkembang menjadi kerajaan Demak
Pada masa
pemerintahan Raden Fatah, dibangun Masjid
Demak yang proses pembangunannnya di bantu oleh para wali atau sunan. Kerajaan
Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam.
Raden Fatah tampil
sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan
seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara
lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan
Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka
terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas
perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M, Raden Fatah memerintahkan anaknya Adipati Unus memimpin pasukan Demak untuk
menyerang Portugis di Malaka. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor. Yang
kemudian menjadi raja setelah Raden Fatah wafat. Ia memerintah Demak dari tahun
1518-1521 M.
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun
1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil
di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap
daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan
Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan
Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan
penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian
di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha
memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri
pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin,
Gresik, Tuban dan Malang.
Akan tetapi ketika
menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Dengan demikian, maka
Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
Di masa jayanya,
Sultan Trenggana banyak belajar ilmu agama kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh
gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
KERUNTUHAN KERAJAAN DEMAK
Perang saudara ini
berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang belum
memiliki putera mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak
dari Raden Patah, yaitu Sultan Trenggana dan Sekar Seda Ing Lepen (Pangeran
Kikin). Trenggana menyuruh anaknya Prawoto
untuk membunuh pangeran Kikin. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi raja di
Demak.
Setelah wafatnya
Sultan Trenggana timbul pertentangan diantara para waris yang saling berebut
tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggana adalah
anaknya Sunan Prawoto namun ia
dibunuh oleh Adipati Jipang yang bernama Arya Penangsang, anak laki-laki
Pangeran Kikin, yang merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Arya Penangsang
tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana) yang di bantu oleh Kyai Ageng Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta Kyai Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan
oleh Sunan Giri. Setelah menjadi
raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya
serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568 dan menjadi Kerajaan / Kesultanan Pajang.
Sultan Handiwijaya
sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada orang-orang
yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Sutawijaya dijadikan anak angkatnya, Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi
diberi tanah di Pati. Keduanya
diangkat menjadi bupati di daerah tersebut.
Pada tahun 1582
Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh Arya Panggiri,
putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atas tahta Pajang.
Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan
Sutawijaya.
Pengeran Benawan
menyadari bahwa dirinya lemah, kemudian menyerahkan kerajaan Pajang kepada
Sutawijaya, saudara angkatnya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah
menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke
Mataram yang kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Islam
4. MATARAM ISLAM
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Kota Yogyakarta, Pulau Jawa. yang pernah berdiri pada abad
ke-17. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya
(Panembahan Senapati), putra dari Kyai Ageng Pemanahan. Kemudian tahta
kerajaan diserahkan kepada putranya, Mas
Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung yang kemudian menjadi raja
yang paling terkenal di kerajaan mataram islam karena pada tahun, 1639, hampir
seluruh Pulau Jawa telah berhasil dipersatukan di bawah kekuasaan Mataram,
kecuali kesultanan Banten dan Batavia yang dikuasai VOC. Sultan Agung wafat
pada tahun 1645. la digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I (1645
-1677). Pada masa pemerintahannya, Belanda mulai masuk ke daerah Mataram.
Bahkan Amangkurat I menjalin hubungan baik dengan Belanda. Selain itu sikap
Amangkurat I yang sewenang-wenang menimbulkan pemberontakan-pemberontakan.
Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Trunojoyo dari Madura.
Dalam pertempuran itu Amangkurat I terluka dan dilarikan ke Tegalwangi, hingga
meninggal.
5. KERAJAAN CIREBON
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Pangeran Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di
Cirebon. Ia bergelar Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang
memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dan bergelar Cakrabuana. Ketika pemerintahannya
telah kuat, ia memindahkan pusat kerajaannya ke Lemahwungkuk. Di sanalah
kemudian didirikan keraton baru yang dinamakannya Pakungwati.
Sumber-sumber
setempat menganggap pendiri Cirebon adalah Walangsungsang, namun orang yang
berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kesultanan (kerajaan islam di
bawah kekuasaan Demak) adalah Syarif
Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan dengan Sunan Gunung Jati. Sumber
ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti
Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga
Banten.
Tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat,
Fatahillah kemudian naik takhta. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon
hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dan
dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana
Gunung Sembung. Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah
Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati. Namun,
Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565, oleh karena
tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada
Pangeran Emas putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati.
Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama
kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649.
Saat di bawah
kekuasaan kerajaan Banten yang dipimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan
Cirebon dibagi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat
menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga 1703 sedangkan Pangeran
Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun
1723.
6. KERAJAAN BANTEN
Kerajaan ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan
Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu
dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), seorang wali yang diberi
kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah
memiliki 2 putra laki-laki, pangeran
Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon
Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian
melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Pangeran Sabakingkin / Maulana Hasanudin
(1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung.
Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para
pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar
di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena
letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di
antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang
muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten
merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.
Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahannya,
Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.
Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini
baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam
menjalankan pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang
Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.
Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima
bulan. Dalam menjalankan pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara.
Abu’lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali
Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).
Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah
kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada
tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan
Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa, yang tidak menyukai hal itu, berusaha mengambil alih
kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung
Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap
dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran
karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda.
7. KERAJAAN TERNATE
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah
putranya, Zainal Abidin. Pada
masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau
di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah
hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut
dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan
Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah
kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan
Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
Kemunduran Kerajaan
Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan
oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli
daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan
Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka
kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan
Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk
Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
8. KERAJAAN TIDORE
Kerajaan tidore terletak di
sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja
Ternate pertama adalah Muhammad Naqal
yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M,
Agama Islam masuk di kerajaan
Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang
kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam
berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Raja Tidore mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore
untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,
Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera,
Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal
Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan
Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan
lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah
di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Biografi Singkat Wali
Songo
Nama Aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkandy (Asia
Tengah) awal abad 14 dari Maulana Jumadil Kubro (Keturunan ke 10 dari Husein /
Cucu Nabi Muhammad SAW) dan wafat pada tahun 1419 Masehi kemudian dimakamkan di
Desa Gapuro Wetan, Kota Gresik, Jawa Timur. Menurut keterangan beliau Merupakan
keturunan ke 22 dari Nabi Muhammad SAW dan juga Merupakan Walisongo paling tua
/ pertama.
Nama Aslinya adalah Raden Rahmat yang kemudian digelari dengan
pangggilan Sunan Ampel lahir di Champa (Kamboja) 1401 Masehi dari ayah yaitu
Sunan Gresik / Maulana Malik Ibrahim dan ibu beliau adalah Dewi Condro Wulan
binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Beliau wafat pada tahun 1481 M
dan makam beliau ada di Sebelah Barat Masjid Sunan Ampel, Desa Ampel, Kota
Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan keturunan ke 22 dari Nabi Muhammad SAW,
Beliaulah yang mengenalkan istilah Molimo (moh main, moh ngombe, moh maling,
moh madat, moh madon), 2 Orang muridnya yang sangat terkenal yaitu mbah sholeh
(Penjaga Masjid Ampel yang makamnya ada 9) dan mbah bolong (Melubangi
pengimaman untuk melihat ka’bah/arah kiblat dalam pembangunan Masjid Ampel)
3.
Sunan
Gunung Jati
Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah yang kemudian digelari
dengan Sunan Gunung Jati, beliau lahir pada tahun 1448 / 1450 dan wafat pada
tahun 1569 Masehi, ayah beliau bernama Syarif Abdullah bin Nur Alam bin
Jamaluddin Akbar (musafir dari Gujarat yang hijrah ke jawa), terkenal dengan
nama Syekh Maulana Akbar dan ibunya yaitu Nyai Rara Santang (Putri Prabu
Siliwangi). Makam beliau terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Kec. Gunung
Jati, Kab. Cirebon, Jawa Barat
Keterangan Lain menyebutk beliau
termasuk keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW
4.
Sunan
Kali Jaga.
Nama asli beliau yaitu Raden said, dan masyarakat memanggilnya
dengan sebutan Sunan Kalijogo, beliau lahir sekitar tahun 1450, namun mengenai
wafatnya tidak ada sumber menyebutkannya mengenai waktunya. Nama ayahnya
bernama Tumenggung Wilwatikta (Adiapti Tuban), dan dari keturuanan ibu tidak
ada yang menyebutkan siapa ibu beliau. Makam beliau terletak di Desa Kadilangu,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dalam menyebarkan agama Islam beliau Terkenal
menggunakan kesenian sebagai media dakwah, (Wayang kulit dan Suluk) Pencipta lagu lir
ilir dan gundul-gundul pacul. Beberapa muridnya yang terkenal adalah Sunan
Bayat (Klaten), Sunan Geseng (Kediri), Syekh Jangkung (Pati) dan Ki Ageng Selo
(Demak)
5. Sunan Kudus.
Nama Asli belua adalah Ja’far Shodiq dan kemudia dipanggil dengan
panggilan Sunan Kudus. Beliau wafat pada tahun 1550 Masehi dan Beliau
dimakamkan di Kota Kudus, Jawa Tengah Ayah beliau bernama Raden Usman Haji
(Sunan Ngudung) dan ibu bernama Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai
Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Beliau dimakamkan di
Kota Kudus, Jawa Tengah. Beliau termasuk Keturunan ke 24 Dari Nabi Muhammad SAW
dan Pernah menjadi panglima perang kerajaan demak. Selain ceramah beliau menyebarkan agam islam melalui pertunjukkan wayang golek, beliau adalah penemu seni pertunjukkan wayang golek yang sekarang merupakan kesenian tradisional dari daerah Jawa Barat
6. Sunan Muria
Nama Aslinya Raden Umar Said, menenai kapan lahir dan wafatnya
tidak ada sumber yang sahih menyebutkannya, akan tetapi dimana dimakamkannya
beliau dimakamkan Gunung Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus,
Jawa Tengah. Beliau termasuk keturunan Sunan Kalijaga dan sunan kalijaga
sendiri sebagai ayahandanya dengan ibunya bernama Dewi Sarah (Adik Sunan Giri)
binti Maulana Ishaq. Beliau Terkenal sangat dekat dengan rakyat jelata
7. Sunan Giri.
Nama Aslinya adalah Raden Paku / Raden Ainul Yaqin lahir di
Blambangan, 1442 M. Ayah beliau adalah Maulana Ishak dan ibunya Dewi Sekardadu,
(Putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan), beliau Wafat pada tahun1506 M dan
dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur .
beliau Merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW dan Pencipta mainan
cublak-cublak suweng
8. Sunan Bonang
Nama Aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim yang dipanggil dengan
kanjeng Sunan Bonang. Lahir beliau pada tahun 1465 Masehi dan wafatnya pada
tahun 1525 M dan dimakamkan di Tuban, Jawa Timur. Ayah beliau adalah Sunan
Ampel dan ibunya Nyai Ageng Manila (Putri Addiapti Tuban Arya Teja). Keterangan
menyebutkan beliau Merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW dan beliau
juga adalah Pengarang tembang tombo ati
9. Sunan Derajat
Nama Aslinya Raden Qosim dilahirkan pada tahun 1470 M yang kemudian
wafat pada tahun 1522 M. beliau juga termasuk anak dari Sunan Ampel dan Nyai
Ageng Manila (Putri Addiapti Tuban Arya Teja). Makam beliau ada di Desa Drajat,
Kecamatan Paciran, Kab. Lamongan, Jawa Timur dan beliau Merupakan keturunan ke
23 dari Nabi Muhammad SAW, Pencipta tembang Macapat Pangkur.