Minggu, 22 Maret 2015

Kerajaan Islam di Indonesia dan Biografi singkat Wali Songo



KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1.    SAMUDERA PASAI
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh. Sebagai buktinya ialah tulisan Kaligrafi pada batu nisan Sultan Malik As-Saleh Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh (setelah masuk agama islam), sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah.
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Beliau merupakan raja Samudra Pasai yang paling terkenal, karena memperkenalkan koin emas sebagai mata uang, dan menjadikan Pasai sebagai kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

2.    KERAJAAN GOA - TALO (KERAJAAN MAKASSAR)
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan: Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu dengan menyatakan ikrar “Rua Karaeng Na Se’re Ata” atau “Dua Raja tetapi Satu Rakyat”. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanudin (1653-1669). Dia lahir pada tanggal 12 Januari 1631 di Ujung Pandang (Makassar). Dia berhasil membawa Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) mencapai puncak kejayaan, karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan menjadikan Makassar sebagai pintu masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, serta menyusun Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e (sebuah tata hukum niaga dan perniagaan). Sultan Hasanuddin memilih untuk melakukan perlawanan daripada harus bekerja sama dengan Belanda. Oleh karena kegigihannya dalam melawan Belanda, Sulatan Hasanuddin dijuluki sebagai “Ayam Jantan Dari Timur”. Namun karena kelicikan Belanda dengan politik Adu Dombanya (Devide et impera), Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan raja Bone yaitu Aru Palaka, akhirnya Sultan Hasanuddin dapat ditangkap Belanda dan dipaksa untuk menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone . Makassar pun akhirnya jatuh dan dikuasai Belanda.

3.    KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali (Wali Songo) dan saudagar Islam. Nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera raja Majapahit raja Brawijaya V dan ibunya ialah putri Cina yang bergama Islam pemberian dari kaisar Yan Lu, karena perbedaan keyakinan ketika dalam keadaan mengandung putri tersebut diberikan kepada adipati palembang Arya Damar, setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan akhirnya kawin dengan cucu beliau.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti Raden Paku (Sunan Giri) yang kemudian menyebarkan agama islam di maluku, Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya menjadi ulama dengan Gelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. dan diangkat menjadi bupati di Bintaro (Demak) yang kemudian berkembang menjadi kerajaan Demak
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun Masjid Demak yang proses pembangunannnya di bantu oleh para wali atau sunan. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama islam.
Raden Fatah tampil sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Ia  menaklukan kerajaan Majapahit dan memindahkan seluruh benda upacara dan pusaka kerajaan Majapahit ke Demak. Tujuannya, agara lambang kerajaan Majapahit tercermin dalam kerajaan Demak.
Ketika kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 M, Raden Fatah memerintahkan anaknya Adipati Unus memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Atas usahnya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor. Yang kemudian menjadi raja setelah Raden Fatah wafat. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M.
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang.
Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Dengan demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana banyak belajar ilmu agama kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
 
KERUNTUHAN KERAJAAN DEMAK
Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang belum memiliki putera mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah, yaitu  Sultan Trenggana dan Sekar Seda Ing Lepen (Pangeran Kikin). Trenggana menyuruh anaknya Prawoto untuk membunuh pangeran Kikin. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi raja di Demak.
Setelah wafatnya Sultan Trenggana timbul pertentangan diantara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggana adalah anaknya Sunan Prawoto namun ia dibunuh oleh Adipati Jipang yang bernama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Kikin, yang merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana) yang di bantu oleh Kyai Ageng Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta Kyai Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568 dan menjadi Kerajaan / Kesultanan Pajang.
Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Sutawijaya dijadikan anak angkatnya, Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadi bupati di daerah tersebut.
Pada tahun 1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atas tahta Pajang. Pemberontakan itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, kemudian menyerahkan kerajaan Pajang kepada Sutawijaya, saudara angkatnya pada tahun 1586. Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram yang kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Islam


4.    MATARAM ISLAM
Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Kota Yogyakarta,  Pulau Jawa. yang pernah berdiri pada abad ke-17. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya (Panembahan Senapati), putra dari Kyai Ageng Pemanahan. Kemudian tahta kerajaan diserahkan kepada putranya, Mas Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung yang kemudian menjadi raja yang paling terkenal di kerajaan mataram islam karena pada tahun, 1639, hampir seluruh Pulau Jawa telah berhasil dipersatukan di bawah kekuasaan Mataram, kecuali kesultanan Banten dan Batavia yang dikuasai VOC. Sultan Agung wafat pada tahun 1645. la digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I (1645 -1677). Pada masa pemerintahannya, Belanda mulai masuk ke daerah Mataram. Bahkan Amangkurat I menjalin hubungan baik dengan Belanda. Selain itu sikap Amangkurat I yang sewenang-wenang menimbulkan pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan Trunojoyo dari Madura. Dalam pertempuran itu Amangkurat I terluka dan dilarikan ke Tegalwangi, hingga meninggal.

5.    KERAJAAN CIREBON
Pada awal abad ke-16, Cirebon masih di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Pangeran Walangsungsang ditempatkan oleh raja Pajajaran sebagai juru labuhan di Cirebon. Ia bergelar Cakrabumi. Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamasikan kemerdekaan Cirebon dan bergelar Cakrabuana. Ketika pemerintahannya telah kuat, ia memindahkan pusat kerajaannya ke Lemahwungkuk. Di sanalah kemudian didirikan keraton baru yang dinamakannya Pakungwati.
Sumber-sumber setempat menganggap pendiri Cirebon adalah Walangsungsang, namun orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kesultanan (kerajaan islam di bawah kekuasaan Demak)  adalah Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan dengan Sunan Gunung Jati. Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuana. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
            Tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat, Fatahillah kemudian naik takhta. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung. Pada mulanya calon kuat pengganti Sunan Gunung Jati ialah Pangeran Dipati Carbon, Putra Pangeran Pasarean, cucu Sunan Gunung Jati. Namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal lebih dahulu pada tahun 1565, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649.
Saat di bawah kekuasaan kerajaan Banten yang dipimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Cirebon dibagi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga 1703 sedangkan Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.

6.    KERAJAAN BANTEN
Kerajaan ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon
Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Pangeran Sabakingkin / Maulana Hasanudin (1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.
Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.
Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.
Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu’lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).
Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa, yang tidak menyukai hal itu, berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda.

7.    KERAJAAN TERNATE
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

8.    KERAJAAN TIDORE
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M,
Agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.


Biografi Singkat Wali Songo
1.    Sunan Gresik lihat gambar
Nama Aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkandy (Asia Tengah) awal abad 14 dari Maulana Jumadil Kubro (Keturunan ke 10 dari Husein / Cucu Nabi Muhammad SAW) dan wafat pada tahun 1419 Masehi kemudian dimakamkan di Desa Gapuro Wetan, Kota Gresik, Jawa Timur. Menurut keterangan beliau Merupakan keturunan ke 22 dari Nabi Muhammad SAW dan juga Merupakan Walisongo paling tua / pertama.

2.     Sunan Ampel lihat gambar
Nama Aslinya adalah Raden Rahmat yang kemudian digelari dengan pangggilan Sunan Ampel lahir di Champa (Kamboja) 1401 Masehi dari ayah yaitu Sunan Gresik / Maulana Malik Ibrahim dan ibu beliau adalah Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Beliau wafat pada tahun 1481 M dan makam beliau ada di Sebelah Barat Masjid Sunan Ampel, Desa Ampel, Kota Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan keturunan ke 22 dari Nabi Muhammad SAW, Beliaulah yang mengenalkan istilah Molimo (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon), 2 Orang muridnya yang sangat terkenal yaitu mbah sholeh (Penjaga Masjid Ampel yang makamnya ada 9) dan mbah bolong (Melubangi pengimaman untuk melihat ka’bah/arah kiblat dalam pembangunan Masjid Ampel)

3.    Sunan Gunung Jati
Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah yang kemudian digelari dengan Sunan Gunung Jati, beliau lahir pada tahun 1448 / 1450 dan wafat pada tahun 1569 Masehi, ayah beliau bernama Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar (musafir dari Gujarat yang hijrah ke jawa), terkenal dengan nama Syekh Maulana Akbar dan ibunya yaitu Nyai Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi). Makam beliau terletak di Gunung Sembung, Desa Astana, Kec. Gunung Jati, Kab. Cirebon, Jawa Barat
Keterangan Lain menyebutk beliau termasuk keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW

4.    Sunan Kali Jaga.
Nama asli beliau yaitu Raden said, dan masyarakat memanggilnya dengan sebutan Sunan Kalijogo, beliau lahir sekitar tahun 1450, namun mengenai wafatnya tidak ada sumber menyebutkannya mengenai waktunya. Nama ayahnya bernama Tumenggung Wilwatikta (Adiapti Tuban), dan dari keturuanan ibu tidak ada yang menyebutkan siapa ibu beliau. Makam beliau terletak di Desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dalam menyebarkan agama Islam beliau Terkenal menggunakan kesenian sebagai media dakwah, (Wayang kulit dan Suluk) Pencipta lagu lir ilir dan gundul-gundul pacul. Beberapa muridnya yang terkenal adalah Sunan Bayat (Klaten), Sunan Geseng (Kediri), Syekh Jangkung (Pati) dan Ki Ageng Selo (Demak)

5.    Sunan Kudus.
Nama Asli belua adalah Ja’far Shodiq dan kemudia dipanggil dengan panggilan Sunan Kudus. Beliau wafat pada tahun 1550 Masehi dan Beliau dimakamkan di Kota Kudus, Jawa Tengah Ayah beliau bernama Raden Usman Haji (Sunan Ngudung) dan ibu bernama Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Beliau dimakamkan di Kota Kudus, Jawa Tengah. Beliau termasuk Keturunan ke 24 Dari Nabi Muhammad SAW dan Pernah menjadi panglima perang kerajaan demak. Selain ceramah beliau menyebarkan agam islam melalui pertunjukkan wayang golek, beliau adalah penemu seni pertunjukkan wayang golek yang sekarang merupakan kesenian tradisional dari daerah Jawa Barat

6.     Sunan Muria
Nama Aslinya Raden Umar Said, menenai kapan lahir dan wafatnya tidak ada sumber yang sahih menyebutkannya, akan tetapi dimana dimakamkannya beliau dimakamkan Gunung Muria, Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Beliau termasuk keturunan Sunan Kalijaga dan sunan kalijaga sendiri sebagai ayahandanya dengan ibunya bernama Dewi Sarah (Adik Sunan Giri) binti Maulana Ishaq. Beliau Terkenal sangat dekat dengan rakyat jelata

7.    Sunan Giri.
Nama Aslinya adalah Raden Paku / Raden Ainul Yaqin lahir di Blambangan, 1442 M. Ayah beliau adalah Maulana Ishak dan ibunya Dewi Sekardadu, (Putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan), beliau Wafat pada tahun1506 M dan dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur . beliau Merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW dan Pencipta mainan cublak-cublak suweng

8.    Sunan Bonang
Nama Aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim yang dipanggil dengan kanjeng Sunan Bonang. Lahir beliau pada tahun 1465 Masehi dan wafatnya pada tahun 1525 M dan dimakamkan di Tuban, Jawa Timur. Ayah beliau adalah Sunan Ampel dan ibunya Nyai Ageng Manila (Putri Addiapti Tuban Arya Teja). Keterangan menyebutkan beliau Merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW dan beliau juga adalah Pengarang tembang tombo ati

9.    Sunan Derajat
Nama Aslinya Raden Qosim dilahirkan pada tahun 1470 M yang kemudian wafat pada tahun 1522 M. beliau juga termasuk anak dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila (Putri Addiapti Tuban Arya Teja). Makam beliau ada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kab. Lamongan, Jawa Timur dan beliau Merupakan keturunan ke 23 dari Nabi Muhammad SAW, Pencipta tembang Macapat Pangkur.